Monday, June 28, 2010

Minggu Pagi Di Victoria Park

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Film yang sudah lama sekali saya tonton namun sayang sekali jika reviewnya hanya tersimpan di draft..

*****************
Yang ada di benak saya sebelum menonton Minggu Pagi di Victoria Park (MPdVP) adalah film dengan bumbu penderitaan TKW TKW Indonesia yang berada dalam siksaan macam pemerkosaan, punggung perempuan yang penuh cap setrika atau muka yang disilet-silet oleh majikan psikopat.

Tapi ternyata tidak, film MPdVP dibuka dengan alur maju mundur dimana Mayang yang diperankan oleh Lola Amaria sedang berada di tempat penampungan PJTKI sebelum ia diberangkatkan menuju Hong Kong. Ia sebenarnya dipaksa bapaknyamenjadi TKW untuk mencari adiknya Sekar (Titi Syuman) yang sudah menjadi TKW terlebih dahulu di negara bekas kekuasaan Inggris tersebut.

Kemudian diceritakan bahwa sekar sebenarnya sedang dalam keadaan berhutang pada sebuah perusahaan rentenir khusus para TKI dengan bunga yang gila gilaan dan karenanya ia harus melunasi hutang-hutangnya dengan berbagai cara termasuk menjual diri.

Sang kakak, Mayang yang akhirmya mengetahui hal tersebut mau tak mau harus berusaha menyingkirkan rasa "benci"nya selama ini dan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan adiknya.

Film yang masa pembuatannya ini berjalan selama 2 tahun ini, cukup ciamik membuat para penonton makin mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi di dunia per-TKW-an di luar sana.
Victoria Park sendiri adalah sebuah taman di Hong Kong yang selalu ramai dikunjungi para TKW untuk berkumpul dan saling bertukar cerita. Bagaimana para pahlawan devisa tersebut salng menceritakan majikan, pekerjaan hingga membentuk perserikatan yang membuat mereka makin solid. Dari perserikatan ini pula Mayang mengetahui keberadaan Sekar dan secara beramai ramai bersama beberapa teman TKW lainnyapun saling membantu menemukan adiknya tadi.
Bukan hanya itu gambaran bagaimana para TKW itu mencari cinta di negeri orangternyata bermacam macam dan unik. Ada seorang TKW yang rela memberikan hartanya demi sorang playboy arab. Atau cerita cinta sesama jenis yang berakhir tragis.
Di Victoria Park juga sering diadakan konser dimana para pemusik dalam negeri didatangkan untuk menghibur para TKW di sana. Pastinya hal tersebut disambut dengan antusiasme yang cukup tinggi sebagai pelepas rindu mereka akan tanah air.

Lola Amaria ternyata mampu menunjukkan kualitasnya sebagai sutradara plus pemain berkelas. Ekspresi datar dan logat jawanya tidak terkesan dibuat buat. Pun aksi para pemain pendukung lainnya patut diacungi jempol.
Awal pemutarannya di Jakarta, film ini tidak menunjukkan respon positif karena hanya sedikit orang yang tertarik dengan film Indonesia. Namun sesudah muncul review kanan kiri, akhirnya pihak bioskoppun trial kembali dan memberi kesempatan pada para penonton untuk menontonnya meskipun hanya di bioskop bioskop tersetentu.
Saya yang awam akan film terutama film Indonesia (dan seringnya tidak tertarik untuk menonton) akhirnya harus beberapa kali larut dalam tangisan saat beberapa adegan yang menyentuh disuguhkan, And guess what? Tepukan dari para penonton lainpun ikut membahana seusai film diputar. Hebat bukan?


Well, now I'm hunting the DVD for my collection.

Thursday, June 3, 2010

BUS AKAP

"Permisi mas... maap mas saya telat. saya mau tuker ini dengan tiket."
Petugas agen bis pinggir jalan itu kebingungan dan mendadak kaget dengan kehadiran saya di depannya yang "ujug-ujug" dengan muka terburu-buru dan langsung menyerahkan selembar kertas putih tanda buking tempat duduk sebuah bis malam yang saat itu menyediakan layanan keberangkatan pagi.
"Waduh mbak. Mbaknya telat. Sudah jam setengah delapan tadi loh berangkatnya."
Kecut. Muka saya kecut sekali.
Seorang petugas lainnya datang dan mengecek bukti buking tersebut di tangan saya seolah tak percaya bahwa saya bisa setelat itu. Jam setengan sembilan, artinya sejam terlambat dari jadwal pemberangkatan.
"Wah mbak. Ini kan Sumber Alam"
"La??? emang ini apa?"
"Ini Sinar Jaya, mbak!"
Muka saya diam dan sedikit senyum sambil menilik kembali kertas di genggaman, lalu menoleh ke teman di belakang saya yang ikutan mengantar. Sepertinya muka saya bukan merah lagi karena malu, mungkin sudah menjingga dan sedikit kekuning-kuningan. Dari tadi saya menyebut Sinar jaya sebagai nama bus yang akan saya tumpangi.
Sesudah meminta maaf dan mengucapkan terima kasih, saya dan teman saya dibantu dua ojek mengantarkan kami ngebut ke agen bis yang dituju tersebut.
Saya harus sudah ada di Jakarta malam ini, biar besok tidak "nabiyak-nabiyak " waktu bekerja kembali seusai liburan singkat ini.
Dan sayapun menemukan pool Sumber Alam dan disambut dengan muka agak judes petugasnya yang mengatakan bahwa saya sudah telat setengah jam. Dengan alasan apapun pada akhirnya saya menerima kesalahan atas keterlambatan itu dan hanya mengiyakan saat petugasnya berucap, "Mbaknya harus balik ke Pantok buat menukarkan tiket untuk perjalanan nanti malam, tapi kalau mbaknya mau uangnya balik, ya tiketnya hangus."

Pantok kira-kira 30 menit dari Kutoarjo, tempat pool bis Sumber Alam berada.
Seandainya tiket bus bisa diuangkan, saya sudah berniat melompat dari bis satu ke bis lain menuju Purwokerto atau ke Cirebon dan menumpangi Cirex menuju Jakarta siang itu, akan tetapi jika memang kondisinya demikian, maka mau tidak mau saya harus kembali ke Pantok, lalu menuju ke rumah Arif lagi di dekat SD Pelipir (somewhere in Purworejo) dan tidur sebentar di sana hingga pukul tiga sore dan kembali lagi ke Pantok menuju Jakarta dan esok subuh akan tiba kembali di kamar yang kurindukan. Yah apa boleh buat...

Tau tidak membeli tiket bis melalui agen bus kecil bisa menjadi ribet jika ketinggalan bus seperti saya. Saya perlu kembali ke tempat pembelian tiket bus (baca agen bus) untuk mengurus administrasi dan lain-lainnya. Akan tetapi saya (yang katrok dalam hal begini) memperoleh ilmu baru tentang naik bus malam yang kebanyakan mengangkut pemudik-pemudik kota kecil ke Jakarta dan sebaliknya tersebut.

Pertama, saya harus booking dan langsung membayar harga tiketnya serta memperoleh kertas booking berisi nama, dan nomer tempat duduk.
Kedua saya harus berada di kantor agen tempat saya membeli tiket bus, maximal 30 menit sebelum bis berangkat.
Ketiga, Sesampai di sana saya harus menukar kertas bukingan dengan tiket, tapi tidak secepat itu jika penumpangnya banyak, mau tidak mau saya harus menunggu hingga nama saya dipanggil dan bisa naik feeder bus menuju pool bus.
Keempat, sesampai di pool bus, saya harus mencari-cari bis yang akan mengangkut saya berdasarkan nomer bis yang tertera di tiket tersebut. Saat itu adalah high season, dan pemandangan di depan saya sempat membuat saya bingung karena busnya banyak sekali.
Kelima, untuk menghindari kebosanan karena kemacetan di jalan (apalagi jika perjalanan dilakukan pada saat high season bisa dibayangkan bagaimana macetnya), saya harus meminum obat anti mabok supaya tertidur agak pulas selama perjalanan plus kaos kaki dan kaos tangan dan jaket (pastinya) supaya bisa nyenyak tidur di jalan. Dengan demikian perjalanan jauh dengan menggunakan bus tidak akan terasa menjadi perjalanan yang menyiksa dan membosankan....

Have a nice long distance trip with bus...

When you are a black-listed body

Pernah tidak dibenci dan diblack list sekelompok orang?
Saya belum pernah. Seumur saya hidup dari saya kecil sampai saya lulus kuliah dan bekerja  saya tidak pernah berada di lingkaran dendam kesumat ala kurawa melawan pandawa. Saya selalu masuk "genk" yang selalu dinantikan kehadirannya di setiap acara kantor, acara sekolah dan acara lain yang menyenangkan.

Sampai satu hari saya mendapat cerita super lengkap tentang betapa bencinya secuil kawan yang ternyata (mungkin) bencinya amit-amit dan naudzubillah pada saya.
"Sampai si X dibilangin kalo dia boleh berkawan sama temen cewe manapun tapi jangan ma Susan."
Hiks...kalau saja waktu itu saya sedang minum, maka saya akan menyemburkan minuman itu di layar monitor dan langsung tertawa terbahak-bahak.
"Itu Susan gw apa yang lain..?" Saya mencoba mencari jawab.

Setau saya, saya tidak pernah sekalipun menyakiti secuil orang-orang itu dan kenapa tiba-tiba muncul cerita seperti itu yang jika dicocokkan dengan sikap mereka pada saya makin yakin bahwa susan yang itu adalah saya. hiks... lucu.

Seingat saya, saya cuma pernah beradu mulut dengan satu orang teman perempuan di kelas waktu masih sekolah karena si teman tadi merasa diperlakukan tidak sepadan oleh guru-guru di sekolah dan akhirnya membuat kegiatan super menjengkelkan di mata saya kemudian keluarlah hardikan yang membuatnya diam tak berkutik dan senyuman puas dari teman-teman lain karena akhirnya ada yang membuatnya diam. Cuma dengan satu perempuan, selebihnya pertempuran fisik dengan teman-teman laki-laki yang membuat saya kekal dikenang dengan sebutan "tomboy".

Dan sekarang, di ibukota yang menjemukan dengan pertemanan yang dibuat "sok kekeluargaan" ini saya menjadi salah satu (mungkin salah satu) "musuh" yang (mungkin lagi) memuakkan untuk dilihat tingkahnya karena (mungkin) kecentilan saya di mata mereka.
Damn! Sial sekali saya diciptakan dengan kemampuan suka ngomong, baik, suka bergaul dengan banyak orang, suka numpang masak di gunung, periang, dan baik serta tidak sombong (silahkan muntah yang baca :p)
 
"hahahaha... mereka kalah populer kaleee ma lw yang cuma sebiji!"
Celetuk seseorang yang saya lapori tentang hal lucu ini.
he he he...

Hemmm ya ya ya... Mungkin benar, jangan berteman dengan saya bisa mempengaruhi otak dan mengganggu pemandangan sodara-sodara semuanya.
Anyway, selama ini jika ada perkataan dan sikap saya yang kurang berkenan di hati sodara-sodara mohon dimaapken meskipun saya tidak tau salah saya ada di paragraf mana, dan tidak perlulah menyuruh orang lain untuk tidak berkawan dengan saya, cepat atau lambat mereka sendirilah yang bisa memutuskan untuk berkawan atau memusuhi saya.
Tau tidak, membunuh karakter seseorang setau saya, tidak ada gunanya loh, bikin cape hati...



Its not easy love but you've got friends you can trust
Friends will be friends
When you're in need of love they give you care and attention
Friends will be friends
When you're through with life and all hope is lost
Hold out your hands cos friends will be friends right till the end
(Queen - Friends will be friends..)